Kisah Cinta | Berakhir Karena Facebook

Kesetiaan Berakhir Tragis Karena Facebook
Kesetiaan Berakhir Tragis Karena Facebook

Saat mentari kembali keperaduaanya, perlahan gelap merayap dengan tariannya. Tersenyum dengan bahagia, berharap dia menjadi raja dalam malam. Itu memang selalu berhasil, karena gelap memang selalu mengusai malam. Walaupun kadang tak sempurna, karena terhalang oleh rembulan yang redup namun dapat mengusir sebagian gelap. Seperti malam ini, tepat tanggal 15 bulan Rabiul awal. Rembulan dengan semangat dan bahagia bersinar dengan wajahnya yang penuh, bukan dengan senyum tipis yang dia lakukan setiap pergantian bulan hijriah.

Aku mengintip dari balik jendela kamarku, tepatnya kamar kontrakanku karena sudah  6 bulan aku bekerja jauh dari rumah. Aku menatap cerahnya langit malam ini. Ya, terdapat jendela yang seperti pintu dikamarku sehingga aku bisa membukanya lebar-lebar dan melihat langit dengan jelas dari kamar. Ku pandang langit nan cerah yang catik berhiaskan kilauan rembulan dan terlihat taburan bintang. Aku tersenyum iba pada rembulan sekaligus pada diriku sendiri.

Gelap semakin berkuasa, sesekali angin pun berhembus membelai tubuh ku yang dibalut piama pemberian ibu tahun lalu. Dinginpun akhirnya mampu mengalahkan kehangatan cinta malam itu. Tak terasa matapun sudah ingin merapatkan diri. Aku tutup jendela itu, dan ku baringkan tubuhku diatas balutan kapuk-kapuk yang terbugkus rapih dan aku tilami dengan seprey berwarna hijau muda, warna kesukaanku. Perlahan aku tak sadarkan diri, tiba-tiba aku sedang berlayar menuju sebuah pulau. Kata orang itu pulau kapuk.
***
Hari ini jadwalkantor cukup padat dan melelahkan, aku memakluminya karena itu sudah biasa terjadi saat minggu terakhir disetiap bulannya. Aku memutuskan untuk duduk dan membuka laptop yang sering aku gunakan untuk bekerja. Jarikupun seakan lambat memainkan barisan huruf-huruf yang berjajar rapih namun tak tersusun, tak seperti biasanya. ‘Sya lagi ngapain?’ tiba-tiba terdengar suara tepat dari belakang dimana aku sedang duduk dan perlahan menyusul sentuhan lembut mendarat dipundakku. ‘Eh kamu Nis, ini lagi buat laporan penjualan bulanan. Biasa kan akhir bulan.’ Jawabku agak panjang. ‘Belum selesai kamu? Biasanya paling rajin. Pasti lagi galau gara-gara cwo mu gak pernah ngasih kabar kan? Ledek Anis. ‘Gak juga, lagi males aja.’ Aku menjawab dengan nada males. Yuk cari makan Sya! Waktunya istirahat nanti lagi kerjanya toh kerja keraspun gajimu nggak naik kan? Ayo buruan! Paksanya. Saat itu memang bertepatan dengan waktu istirahat para karyawan. ‘iya bentar aku matiin dulu laptopnya’.

Setelah melangkah sedikit jauh dari kantor, langkah kami berhenti tepat ditempat Mang Rasim. Mang Rasim adalah pedagang kaki lima yang setiap hari mangkal didekat kantor kami, tersedia mie rebus dan es teh manis. Bukan menu makan siang yang sehat memang, tapi kami sering mendatangi tempat itu kala jam istirahat dimulai. ‘Mang mie dua pake telor nggak pake sayur, es tehnya dua juga ya mang’ pintaku pada mang Rasmin yang sedang melayani beberapa karyawan lain yang sedang mengisi perut mereka kala jam istirahat. ‘Siap Neng’ jawab mang Rasim tegas.

Gimana cowo mu Sya? Dah ada kabar dari dia? Lagian mana mau aku kaya kamu. 6 tahun pacaran, lagi deket aja nggak pernah SMS atau tanya keadaan kamu. Apalagi sekarang jauh disebrang sana. Eh tahu nggak cwe sana putih-putih dan cuantik-cuantik bu’. Ledek Anis. ‘Diam kamu,pesanan dateng tuh makan saja jangan banyak omong. jawabku mengalihkan pertanyaan yang menyebalkan tadi. Aku memang sudah pacaran 6 tahun, mulai dari SMA sampai sekarang aku berusia 23 tahun. Pacaran yang tidak sehat namun bertahan bertahun-tahun. Dia pacar pertamaku.

Makan siang kali ini seperti biasa, perut kenyang karena mie telingapun kenya karena nona Anis tak henti-hentinya bergumam. ‘Eh, nanti malam aku nginep dikontrakanmu ya Sya? Aku udah bilang sama mamah aku mau nginep di kontrakan kamu, trus kata mamah aku boleh asal beneran nginep ditempat kamu. Sekalian kita curhat dan bahas cowo-cowo kece. hehe’ Pinta Anis. ‘kalau aku jawab tidak pun toh kamu bakal dateng dan nginep dikontrakanku kan? Jawabku agak nyolot, tapi dengan wajah ceria. ‘hehe iya’. Anis memang bawel tapi dia sahabat yang royal dan kita saling berbagi satu sama lain. ‘yuk ke rumah ku dulu ambil baju buat tidur sekalian buat kerja besok! Ajaknya. Yuk Cap cus, kebetulan aku dah lama nggak ketemu ibu mu dan makan masakan ibu mu yang ueenaaak banget gratis pula hehe’.
***
Sebagai penipu hati kau telah gagal
Membodohiku seperti yang laiiin

Begitulah lirik lagu yang kami degar malam ini melalui mp3 hp Anis, lagu milik Tata Janeta dengan judul Penipu hati. Itu lagu kesukaan Anis sekarang. ‘Nis sebenernya aku udah diputusin sama dia kemarin’ aku memulai percakapan malam itu. ‘Apaaa?’ gimana ceritanya? Kok bisa? Cwo brengsek ternyata dia. Kamu udah setia disini dia malah tiba-tiba mutusin kamu?’ jawabnya sewot. ‘Aku diputusin lewat Facebook Nis’ Jawabku singkat. Astagfirullah bener-bener tu cowo gak punya nyali. Makin sebel deh gue ame cwo loe, ya walaupun aku belum pernah ketemu sama dia. Begitulah Anis kalau lagi marah, loe gue nya muncul. ‘kalau deket udah gue cincang tu cowo’. ‘gak gitu juga kali bu, denger dulu ceritaku. Mungkin aja aku yang salah. Jawabku sedikit menenangkan dia yang sedang emosi gak jelas.

‘Awalnya aku curhat sama temenya yang sedikit banyak tahu tentang dia disana, namanya Galih. Percakapan kita tidak singkat namun tidak juga terlalu panjang. Kami memang membahas kehidupan dia. Aku bertanya pada Galih dimana pacarku tinggal, apakah dia baik-baik saja disana, apa dia makan dengan baik disana. Intinya aku bertanya keadaan dia disana. Peercakapan kami terjadi di inbox Facebook. Galih dengan jelas menceritakan sedikit banyak kehidupan Firman dikota yang jauh dari sini’. Ya, Firman adalah nama pacarku. ‘Terus apa kata Galih? Alasan kalian putus apa?’ sanggah Anis memotong cerita panjangku. ‘Galih bilang disana Firman hidup tak semanis dengan apa yang dia katakan pada teman-temannya dan aku disini, bahkan dia hanya menyapa teman lama saat dia membutuhkan bantuan saja, begitu jelas Galih. ‘Segitunya cowomu?’ Anis lagi-lagi memotong ceritaku. ‘heem, itu kata Galih.

Firman tahu pasword dan email akun facebookku, sehingga kapanpun dia ingin masuk ke akunku bisa dia lakukan. Percakapan kami dibaca olehnya, mungkin saat dia membaca percakapan kami yang panjang dia kesal karena menjelek-jelekan dia. Padahal bukan maksudku begitu. Akhirnya percakapan kami dia edit menjadi sebuah foto dengan tambahan kata yang mejelaskan hubungan kita. Tertulis kata PUTUS di pojok kanan atas foto editan Firman, dengan tambahan kalimat “Tak pernah ku sangka ternyata kalian munafik, baik dihadapanku namun dibelakang saling menjelek-jelekan. Ternyata selama ini cintamu palsu”. Dia memang jago komputer apalgi edit-edit foto. Dia upload foto itu di dinding Facebook aku. Dan kisah kami berakhir tanpa aku mau menjelaskan kenapa bisa terjadi. Menurutku tidak ada yang salah jika aku menanyakan apa yang dia lakukan saat jauh dariku. Sebagai pasangan yang tak pernah mendapat kabar dari pacarnya bukannya wajar ingin tahu apa yang dia lakukan disana.

Malam itu ku habiskan untuk mencerikan tragisnya kesetiaan kokoh yang dihancurkan oleh Facebook. Tak pernah ada bahasan mengenai cowo-cowo kece yang Anis janjikan sore tadi. Malampun semakin menggila, dingin dengan lembut menghampiri kami kala itu. Kami putuskan untuk mengakhiri cerita dan beranjak keperaduan.

Mataku terpejam namun tak pernah bermimpi. Anis tertidur dengan pulas, itu menurutku. Karena dia sediitpun tak bergerak saat aku beranjak dari tempat tidur yang tak begitu empuk itu. Perlahan ku langkahkan kaki menghampiri jendela, ku buka jendela untuk mengintip bulan yang indah nan redup serta penuh kesepian. Pandanganku pada bulan masih menyimpan rasa iba, sama seperti malam kemarin. Betapa kesepiannya dia walau begitu banyak bintang mengelilinginya, tetap saja bulan selalu sendiri. Tak pernah ada yang mau menjadi pasangannya. Dia selalu ada saat malam, menemani jiwa yang sepi dan merana. Seperti aku malam ini.

Biodata Singkat Penulis :

Saya sudah ingin menulis dari dulu, tapi belum punya gambaran apa yang hendak ditulis. Saya Aisyah Zein, pengen punya nama pena Zeinai. Saya beraal dari Ciamis, Jawa Barat.  Ini cerpen ke-2  yang saya tulis dan yang pertama saya ikut sertakan event. Mohon bimbingnannya sahabat semua. Salam kenal dari Zeinai.

0 Response to "Kisah Cinta | Berakhir Karena Facebook"

Post a Comment

wdcfawqafwef